Rabu, 03 Maret 2010

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Penilaian Kinerja
Salah satu fungsi manajemen dalam operasi perusahaan adalah melakukan penilaian kinerja dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja merupakan penentuan secara periodik terhadap efektivitas pekerjaan yang telah dilakukan pada setiap bagian dalam perusahaan dengan membandingkan tujuan, standar atau kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
Penilaian kinerja untuk melihat suatu keberhasilan perusahaan dalam periode tertentu umumnya difokuskan kepada penilaian laporan keuangan perusahaan melalui data laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Penilaian kinerja didasarkan pada sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya oleh manajemen dalam suatu perusahaan.

2.1.Fungsi Penilaian Kinerja dan Pihak-pihak yang Berkepentingan
Secara umum fungsi penilaian kinerja adalah untuk mengetahui apakah semua kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan telah sejalan dengan tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Biasanya tujuan perusahaan adalah diarahkan agar memiliki kemampuan untuk memenuhi kepentingan stakeholders seperti kreditur dan pemegang saham.
Beberapa pihak yang berkepentingan terhadap hasil kinerja keuangan antara lain manajemen, pemilik perusahaan dan pemberi pinjaman. Pihak-ihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda atas keberhasilan dan kegagalan suatu perusahaan. Manajemen berkepentingan dalam menilai tingkat efisiensi yakni suatu ukuran untuk menilai beberapa masukan (input) yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit keluaran (output),efektifitas atau kemampuan suatu unit untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan profitabilitas operasi perusahaan sebagai ukuran tingkat keberhasilan dalam pengelolaan sumberdaya.
Pemilik perusahaan atau pemegang saham akan melihat dari sisi pertumbuhan perusahaan sebagai dampak dari proses operasi perusahaan misalnya kemampuan perusahaan untuk membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan/krisis keuangan.
Sedangkan pihak kreditur akan menilai kinerja perusahaan sebagai upaya pengamanan agar pinjaman yang diberikan kepada perusahaan dapat kembali baik pokok pinjaman maupun bunganya. Kriteria penilaian kinerja yang biasanya diperhatikan adalah:
1. Tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi seperti membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya.
2.Tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut terlikuidasi.
2.2. Jenis – jenis Alat Analisis Kinerja Keuangan.
Pengukuran kinerja perusahaan dan tingkat kesehatan perusahaan merupakan satu hal yang berhubungan. Ada beberapa alat analisis yang dipakai untuk melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan yang kadang berbeda dari industri yang satu dengan industri yang lainnya. Beberapa alat yang sering digunakan antara lain sebagai berikut :
1. Economic Value Added (EVA)
Eva merupakan alat analisis yang berbasis nilai. Analisis dengan berbasis nilai merupakan proses berpikir yang harus dilakukan setiap manager perusahaan dalam mengambil keputusan yang dapat memberikan sumbangsih bagi nilai perusahaan. Bagi perusahaan penciptaan nilai untuk pemegang saham menjadi tujuan utama dalam semua aktifitas yang dilakukan. Untuk menilai kinerja perusahaan tentunya diperlukan suatu informasi yang relevan dan penentuan alat ukur kinerja yang tepat. Laporan keuangan merupakan informasi yang dibutuhkan dalam menilai kinerja perusahaan. Dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan para investor atau pemegang saham serta manajemen dapat mengetahui perkembangan finansialnya sehingga akan diperoleh informasi yang benar dan lengkap atas kinerja perusahaan.
Konsep EVA atau NITAMI (Nilai Tambah Ekomoni) dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan memperhatikan sepenuhnya kepentingan dan harapan penyedia dana terhadap tingkat pengembalian atas modal yang ditanamkan di perusahaan. Melalui perhitungan biaya modalnya akan dapat diketahui berapa sebenarnya biaya yang harus dikeluarkan sehubungan dengan pemakaian modal perusahaan. Selain itu EVA juga mampu berdiri sendiri untuk menilai kinerja perusahaan tanpa memerlukan data pembanding lain seperti standar industri yang sering digunakan dalam ratio keuangan.
2. Rasio Keuangan
Rasio keuangan yang umum digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Rasio keuangan memiliki kelebihan antara lain dapat dilakukan perbandingan kinerja perusahaan dari waktu ke waktu sehingga dapat dievaluasi perkembangan kinerja dan kondisi keuangan dari waktu ke waktu secara tepat. Sedangkan kelemahannya yaitu dalam analisis ini belum dapat memuaskan keinginan pihak manajemen khususnya bagi pihak penyandang dana (kreditur dan pemegang saham). Bagi pihak manajemen dengan analisis ratio keuangan tersebut belum cukup untuk mengetahui apakah telah terjadi nilai tambah bagi perusahaan sedangkan penyandang dana (kreditur dan pemegang saham) belum mempunyai keyakinan apakah modal yang telah ditanamkan dimasa yang akan datang memberikan tingkat hasil yang diharapkan.
3. Analisis Z Skor
Analisis z skor digunakan sebagai alat penilaian kinerja keuangan dan memprediksi kebangkrutan perusahaan. Analisis ini pertama kali dikemukakan oleh Edward I. Altman pada pertengahan tahun 1960 di New York City. Analisis Z score dikembangkan untuk mengatasi kelemahan analisis rasio yang hanya memperlihatkan satu aspek saja tanpa dapat menghubungkannya dengan aspek yang lain. Analisis z skor dikenal juga sebagai analisis kebangkrutan karena dari skor yang dihasilkan dapat dilihat apakah suatu perusahaan mempunyai kondisi keuangan yang sehat atau menunjukkan tanda-tanda kebangkrutan atau perusahaan telah berada dalam kondisi terparah yaitu kebangkrutan. Hasil dari analisis ini dapat di-gunakan oleh manajemen untuk menjaga atau memperbaiki kinerja perusahaan di masa yang akan datang sedangkan bagi pihak pemegang saham dengan menggunakan hasil analisis ini dapat melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan buruk yang dapat terjadi.
Dalam pembahasan di bab selanjutnya akan dibahas secara detil alat analisis tersebut diatas dengan disertai kasus penelitian empirik di Indonesia.

0 komentar: